36 research outputs found

    Akurasi geometri garis pantai hasil transformasi indeks air pada berbagai penutup lahan di Kabupaten Jepara

    Get PDF
    Garis pantai merupakan salah satu data dasar dalam pemetaan yang harus dijamin ketersediaannya. Pesisir di Indonesia memiliki variasi penutup lahan sehingga karakteristik indeks air dalam memperoleh data garis pantai perlu diketahui agar pemanfaatan indeks air menjadi efektif. Tujuan penelitian ini adalah menghitung akurasi geometri garis pantai menggunakan transformasi NDWI, MNDWI, dan AWEI pada penutup lahan berbeda. Garis pantai hasil indeks air diperoleh dari citra Landsat 8 OLI, sedangkan garis pantai referensi untuk uji akurasi diperoleh dari interpretasi visual citra PlanetScope. Standar penilaian ketelitian horizontal garis pantai hasil indeks air menggunakan Perka BIG No 15 Tahun 2014. Hasil penelitian adalah pada nilai akurasi geometri garis pantai skala 1:100.000, tidak ada satu pun indeks air yang mampu mengakomodasi perolehan garis pantai pada semua kelas penutup lahan. Variasi nilai akurasi geometri setiap indeks air disebabkan oleh variasi kondisi citra, karakteristik saluran yang digunakan dalam formula indeks air, dan piksel campuran

    Tidal Correction Effects Analysis on Shoreline Mapping in Jepara Regency

    Get PDF
    The existence of high-spatial resolution imagery that are now available free by Planet Labs opens up opportunities in detailed scale mapping research, both as basic data and as reference data for geometry accuracy assessment. However, the use of several satellite sensors types with different recording times is the biggest obstacle in the use of high spatial resolution imagery as reference data because the shoreline instantaneous imaging at the data acquisition time does not consider the spatial and temporal variability of the shoreline boundaries. The purpose of this study was to analyze the effect of tidal correction on shoreline mapping in Jepara Regency using Landsat 8 OLI imagery in 2018.The effect of tidal correction analysis is done by comparing the position of the shoreline corrected by tides with the shoreline that is not corrected for tides. The influence of tidal correction is marked by differences in the position of the two shorelines. Shoreline shift calculation when there is a difference in tidal conditions between the test shoreline and the reference shoreline is carried out using the theory of right triangle (also called as one-line shift method).Based on the analysis of tidal correction effects, it is known that the shift in shoreline position after tidal correction varies from 0.21 m to 1.8 m, the value does not exceed one pixel of the PlanetScope image (3 m) so that tidal correction does not needs to be done because the effect is insignificant and undetectable on PlanetScope imagery. Keywords: tidal correction, shoreline, Planetscope, Landsat 8 OLI, Jepar

    Identifikasi Tumpahan Minyak di Laut Akibat Tank Cleaning Menggunakan Metode Tidak Terselia

    Get PDF
    Tumpahan minyak di laut dapat terdeteksi oleh citra satelit dengan sensor Synthetic Aperture Eadar (SAR) dan memungkinkan untuk diidentifikasi menggunakan berbagai macam metode baik terselia maupun tidak terselia. Salah satu metode terselia yang biasa digunakan adalah digitasi visual, namun metode ini sangat subjektif pada kapasitas interpreter. Untuk meminimalisasi subjektifitas interpreter maka metode tidak terselia perlu dikaji lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji algoritma tidak terselia untuk identifikasi tumpahan minyak yang diakibatkan oleh tank cleaning. Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Sentinel-1 di wilayah perairan utara Pulau Bintan. Proses identifikasi dilakukan menggunakan metode tidak terselia, dan penelitian ini membandingkan dua algoritma dalam proses identifikasi, yaitu K-Means dan CLARA. Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan identifikasi perlu diketahui terlebih dahulu kondisi perairan terutama kecepatan angin dan arus laut sebelum memasuki tahap komputasi. Hasil identifikasi menggunakan kedua algoritma ini dibandingkan dengan data referensi dari LAPAN sebagai instansi yang melakukan diseminasi terkait tumpahan minyak di laut. Jika dibandingkan dengan data referensi tersebut, algoritma K-Means memiliki persentase hasil yang lebih baik dalam mendeteksi luasan tumpahan minyak, namun algoritma CLARA mampu memberikan hasil identifikasi dengan look-alike tumpahan minyak yang lebih sedikit sehingga kesalahan identifikasi menjadi minimal

    APLIKASI CITRA LANDSAT 8 OLI UNTUK PEMETAAN STATUS TROFIK DANAU (Studi Kasus Blooming Algae Danau Maninjau Sumatera Barat)

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan konsentrasi klorofil-a, total fosfor, dan kejernihan perairan di Danau Maninjau melalui analisis citra Landsat-8 OLI sehingga dapat diidentifikasi status trofiknya menggunakan metode Carlson dan status trofik danau tersebut dapat dipetakan. Pemodelan parameter TSI didapatkan dari citra menggunakan metode stepwise regression. Variabel yang lolos dalam stepwise regression ini adalah band 4 yang berkorelasi sangat kuat dengan data SDT (R2 = 0,82), band ratio 5 dan 6 yang juga berkorelasi sangat kuat dengan data klorofil-a (R2 = 0,64), dan band ratio 3,4 dan 5 yang berkorelasi cukup kuat dengan data total fosfor (R2 = 0,46). Hasil pemetaan TSI Carlson menunjukkan Danau Maninjau berada pada posisi eutrofik ringan hingga hipereutrofik dengan distribusi paling besar adalah eutrofik berat. Pemodelan yang telah dipetakan membutuhkan uji akurasi setiap parameter. Hasil analisis statistik dan uji akurasi menunjukan bahwa Landsat-8 OLI sudah cukup mampu untuk mengestimasi kondisi dari masing-masing parameter status trofik

    Pengaruh Resolusi Spasial Citra terhadap Hasil Pemetaan Kandungan Hara Nitrogen Perkebunan Karet

    Full text link
    Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara nitrogen akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan penurunan produktivitas tanaman. Penerapan sistem pertanian presisi pada kegiatan pemupukan di perkebunan karet dilakukan dengan cara dosis pemupukan dibuat berdasarkan kandungan hara tanah dan kandungan hara pada tanaman. Pada areal yang luas membutuhkan biaya analisa hara tanaman yang cukup mahal. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu teknologi yang dapat mengestimasi kondisi hara tanaman dengan cepat dan biaya yang murah. Teknologi penginderaan jauh merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk areal yang luas dan dengan waktu yang cepat serta biaya yang relatif murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resolusi spasial citra terhadap peta hasil estimasi kandungan nitrogen perkebunan karet. Citra multi resolusi yang digunakan antara lain GeoEye-1 (2 m) Sentinel-2A (10 dan 20 m) dan Landsat 8 OLI (30 m). Metode yang digunakan adalah membangun hubungan semi-empiris antara band tunggal dan indeks vegetasi citra dengan kandungan hara nitrogen perkebunan karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peta hasil estimasi kandungan hara nitrogen perkebunan karet menggunakan citra Sentinel-2A (SE 0,369) memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan citra GeoEye-1 (SE 0,519) dan Landsat 8 OLI (SE 0,462)

    Spatial Distribution Analysis of Total Suspended Solid (TSS) using PlanetScope Data in Menjer Lake, Wonosobo Regency

    Get PDF
    TSS (Total Suspended Solid) is one of the optical parameters that can be used for turbidity key indicator to assess water quality. The rapid development of remote sensing technology in the field of mapping has resulted in various methods for estimating TSS concentrations. The spatial, spectral, and temporal characteristics of PlanetScope data have the potential to estimate TSS concentrations. This study aims to determine the best method for estimating TSS concentrations and mapping the spatial distribution of TSS at a depth of 0 – 0.2 m using PlanetScope data. There are 4 single bands, 12 band ratio combinations, and 4 PC-bands in TSS mapping. Single bands, band ratio combinations, and PC-band which able to pass the significance limit of r value on the number of samples (n) are used in empirical modeling of PlanetScope data with field data using regression tests. The results show that: 1) 4 band ratio combinations (B1/B4, B2/B4, B3/B4, B4/B3) and one PC-band (PC-2) significantly correlated with TSS (mg/l), 2) PC-2 is the best spectral transformation in estimating TSS concentrations in Menjer Lake, indicated by the SE value of 3.47 mg/l with maximum accuracy produced at 78.62%, 3) all models that significantly correlated are over-estimated, indicated by the variations in model plots are below the 1:1 plot line, 4) high TSS concentrations are in the north, west, and south around the edge of the lake because of the inlets and the floating net cages, while the low concentration is in the middle of the lake

    Improving Community Capacity in Rapid Disaster Mapping: An Evaluation of Summer School

    Get PDF
    Experiences with natural disasters have intensified recent efforts to enhance cooperation mechanisms among official disaster management institutions to community participation. These experiences reveal a need to enhance rapid mapping technical assistance to be developed and shared among young scientists through a summer school. However, the question arose of how effective this summer school to be used as a tool to increase scientists’ understanding and capacity. This study sought to evaluate the extent to which human resource capacity building can be effectively implemented. The methods used for this evaluation is through observations, questionnaires and a weighted scoring based on knowledge, skills and attitudes’ criteria. The results indicate a significant improvement in knowledge (94.56%), skills (82%) and attitudes (85.20%) among the participants. Even though there are still gaps in participants’ skills, the summer school was found to be an effective way to train the young scientists for rapid mapping
    corecore